Saturday, January 8, 2011

bring me back to be a person I used to be.

pernah, dalam suatu masa, ia sangat percaya dengan apa yang dinamakan persahabatan dan cinta.
pernah, dalam suatu masa, ia rela memberikan segala sesuatu untuk orang-orang yang dikasihinya.
dan orang itu adalah gue sendiri.

sampai suatu ketika, orang yang gue sayang, sebut saja Mr. Y mendengar sebuah fitnah tentang gue memutuskan untuk lebih percaya sama apa yang dia denger dari orang yang sebenernya nggak terlalu deket sama dia daripada mencoba mengerti penjelasan gue yang udah cukup lama jadi orang yang cukup deket sama dia. well, nggak terlalu fitnah sih sebenernya. sebagian bener, tapi bagian yang lain salah banget dan bener-bener bikin nama gue tercoreng. dan akhirnya gue sempet nggak bicara sama orang itu untuk waktu yang cukup lama.

karena kejadian itu gue merasa semua effort yang gue lakukan buat si Y itu dianggep sia-sia, di samping masalah kalo dulu gue memang suka sama dia, tapi sebagai sahabat, gue merasa diri gue 'memberi' dengan nggak tanggung-tanggung. dan karena gue sakit hati, gue memutuskan untuk nggak mau lagi terlalu deket sama orang, untuk menyetel pikiran gue bahwa nggak ada orang yang punya intensi murni untuk bersahabat dan mengasihi. semua orang itu mau jadi temen gue karena mereka merasa gue menguntungkan buat mereka, dan saat gue udah nggak berguna buat mereka atau mereka menemukan orang yang lebih bisa dimanfaatkan daripada gue, gue bakal dibuang jauh-jauh.
tapi setelah itu juga, gue yang dulunya percaya sama apa yang disebut persahabatan malah dapet 'temen' lebih banyak daripada dulu.

gue tau, settingan pikiran gue tentang semua orang yang nggak punya maksud murni dan itikad baik dari hatinya untuk bersahabat itu nggak sepenuhnya benar. ada beberapa orang yang gue rasa memang mau temenan sama gue, tanpa memanfaatkan kebaikan gue. dan sebagian memang ada yang kentara banget mau manfaatin gue.
gue juga tau, nggak seharusnya gue mikir sejelek itu tentang orang-orang di sekitar gue. itu nggak baik, itu (mungkin) dosa. tapi di sisi lain, gue bener-bener takut gue bakal dikecewakan sama orang yang deket sama gue, gue jadi males untuk bersikap secara 'total' ke orang-orang tersebut. gue akhirnya juga jadi bersikap untuk memilih berteman dengan orang-orang yang bisa gue manfaatkan dan juga memilih untuk membuat 'pembatas' antara diri gue dan orang-orang tersebut. gue takut gue cuma dimanfaatin, gue takut kalo gue disia-siakan sama orang tersebut. padahal sebelum semua hal itu terjadi, gue orang yang cukup mau ambil resiko untuk orang-orang yang gue sayang.

well, di satu sisi, kejadian ini cukup baik buat gue karena gue bisa belajar untuk jadi orang yang nggak terlalu naif dan terlalu gampang percaya sama orang lain, tapi di sisi lain gue tau ini bener-bener destruktif, dan (mungkin) ini pilihan yang salah dari dalam diri gue untuk mengatur mindset gue sedemikian rupa. dan nggak mudah untuk menjalani hari demi hari dengan pikiran seperti ini.

tapi jauh dari dalam lubuk hati gue, gue bener-bener pengen bisa mengasihi dengan murni lagi, gue pengen jadi kayak gue yang dulu lagi, tapi susah dan rasanya bener-bener menyakitkan.

alesan gue nulis ini adalah karena gue udah nggak tahan nyimpen ini sendiri, dan bahkan kalo gue cerita sama orang, sejauh ini nggak ada yang bisa ngerti keadaan gue dan menganggap gue cuma terlalu banyak mikir.

selain itu, maaf buat Mr. Y yang mungkin baca juga tulisan gue tentang ini. gue tau lo udah minta maaf, dan gue juga maafin lo. tapi maaf, gue nggak bisa lupain kesalahan lo. gimanapun juga, entah secara sengaja atau nggak sengaja, hasil kecerobohan (baca: kesalahan) lo menimbulkan dampak yang nggak baik dalam diri gue. terserah setelah ini lo mau marah lagi sama gue, gue cuma berharap dengan tulisan ini lo jadi sadar, kalo dikasih kesempetan bisa deket sama orang, lo nggak mengulang kesalahan yang sama.

buat orang-orang yang mungkin mau temenan sama gue cuma karena kalian merasa gue bisa dimanfaatkan, semoga kalian bertobat.

buat orang-orang yang masih punya hati yang murni buat temenan sama gue, gue minta maaf kalo gue masih belum terlalu bisa percaya sama kalian. gue cuma perlu lebih diyakinkan saja, mohon bantuannya, dan mohon doanya.

dan terakhir, buat semua orang baik yang kenal atau nggak kenal sama gue, gue harap dengan membaca ini kalian jadi mampu menghargai orang-orang di sekitar kalian yang peduli dan mengasihi kalian. do not act like you have them for granted, karena kalian nggak akan tau gimana hal itu bisa mempengaruhi dan mengubah mereka.

well, thanks sudah menyempatkan mampir dan membaca tulisan gue. have a good day :)

Monday, December 27, 2010

farewell seems to be the hardest word.

tulisan ini akan dimulai dari cerita gue tentang sebuah hotel kelas melati yang terletak di Jalan Pemuda, Semarang. hotel ini bernama Hotel Merbabu, yang dibeli oleh seorang pengusaha asal Pemalang, Jawa Tengah dari pihak Belanda pada tahun 1954. sebelumnya, hotel ini bernama Villa Dolce. sejak dibeli hingga sekarang, hotel ini menjadi sebuah usaha keluarga selama 3 generasi dan masih beroperasi dengan sangat baik.

Pengusaha asal Pemalang itu adalah kakek buyut gue. kemudian Beliau membagi hotel ini menjadi 4 bagian dan dibagi rata kepada anak-anaknya. salah satu anaknya kemudian langsung menjual sahamnya karena sudah memutuskan untuk tinggal di Jerman, sehingga 3/4 hotel ini masih dimiliki keluarga, dan 1/4nya dimiliki pihak luar yang membeli saham tersebut. di generasi kedua, kakek gue lah yang menjalankan hotel ini sampai pada tahun 2000, kakek gue meninggal dan otomatis saham milik kakek gue jatuh ke tangan nyokap gue. tapi karena nyokap gue tinggal di Jakarta, maka sepupu-sepupu nyokap yang sesama pemegang saham sepakat untuk mempercayakan pengoperasian hotel ini kepada salah satu om gue yang tinggal di Semarang.

sayangnya, om gue tersebut memutuskan untuk berhenti mengoperasikan hotel ini karena Beliau memang sudah dari awal berencana untuk tinggal dan menetap di Australia, dan dengan adanya hotel ini malah bikin Beliau ribet harus bolak balik Sydney-Semarang. dan kebetulan, Jalan Pemuda adalah salah satu daerah di Semarang yang cukup sibuk dan sejak tahun 2008 ada pusat perbelanjaan yang cukup besar dan terletak persis di sebelah Hotel Merbabu ini, sehingga sejak awal tahun 2010 para pemegang saham hotel ini berniat menjual hotel ini ke pemilik pusat perbelanjaan tersebut hingga pada akhirnya pada awal Desember 2010 seluruh pihak pemegang saham sepakat untuk menjual hotel ini kepada pihak tersebut.

sejak gue sudah bisa mengingat segala sesuatu, gue tau kalau hotel ini milik keluarga dari pihak nyokap. waktu kecil, beberapa kali gue nginep di sini untuk menghabiskan waktu libur gue. nggak sering. sejak kakek gue meninggal, nyokap cukup sering dateng ke Semarang untuk menghadiri RUPS, tapi karena gue sekolah, gue hampir nggak pernah ikut nyokap ke Semarang dan sudah 7 tahun (kalo gue nggak salah) sejak kedatangan gue yang terakhir kali di tempat ini.

pada awalnya gue dan adek gue nggak berencana untuk pergi ke Semarang, karena waktu nyokap berangkat untuk mengurus penjualan hotel ini, gue lagi UAS dan adek gue juga masih sekolah. nyokap juga berencana untuk stay di Semarang cuma seminggu. lagipula, ada kewajiban di Jakarta yang harus dilaksanakan sementara nyokap nggak di rumah.
tapi karena suatu dan lain hal, proses penjualan nggak berjalan dengan cukup lancar sehingga nyokap harus tinggal lebih lama di sini dan akhirnya gue dan adek gue nyusul ke Semarang hari Kamis yang lalu.

well, gue cukup suka di Semarang, ketemu sama om-om dan tante-tante gue setelah sekian lama nggak ketemu, sama sepupu-sepupu yang sebelumnya belom pernah gue temui yang sekarang udah besar. di sini somehow gue ngerasa ada di tempat seharusnya gue berada. sayangnya, ini cuma sementara. dan hari ini adalah hari terakhir gue tinggal di hotel yang selama ini udah membiayai hidup keluarga gue, bayarin gue kuliah dan segala macem tetek bengek printilan-printilan itu biarpun nyokap nggak kerja dan bokap juga nggak ada kerjaan tetap. baru semalem gue mikir begini. dan yah, gue jadi mellow banget, gampang nangis. ditambah perasaan gue bahwa hotel ini cukup identik dengan kakek gue yang udah meninggal bikin gue makin sedih. but yeah, seperti apa yang teman gue bilang, kalaupun hotel ini mau ditahan terus, mau tahan sampe kapan?
gue tau kok ini keputusan yang paling baik, I just can't help this tears from falling.

well yeah, they say that 'sorry' seems to be the hardest word, but for me, to say 'good bye' is even harder all the time.

terima kasih Hotel Merbabu, terima kasih untuk semuanya, terima kasih sudah membiayai kehidupan kami. selamat tinggal.


ditulis di Lobby Hotel Merbabu yang sedang ramai pengunjung,
Senin, 27 Desember 2010 pukul 11.34.

Saturday, November 27, 2010

pintar tapi tak pandai.

hari ini gue masih sakit, dan sekarang seharusnya gue ada di gereja, tapi karena sakit jadinya gue bolos lagi. entah udah berapa kali gue bolos persekutuan pemuda dengan berbagai alesan yang gue ajukan tiap minggunya, tapi mau gimana lagi? gue juga ngerasa nggak nyaman ada di sana kok.
well, dan seharusnya gue juga udah nyicil bikin artikel untuk UAS gue yang akan diadakan 2 minggu lagi. sampai sekarang gue belom mulai. (iya, gue tau gue memang pemalas.)



anyway, ada hal yang belakangan ini sering banget mengganggu gue. yah, sebenernya bukan hal yang bersangkutan sama gue, cuma gue ngerasa terganggu banget karena fenomena ini banyak banget terjadi di sekitar gue, dan sangat amat irritating. bener deh.
ini adalah issue mengenai orang-orang yang pinter, yang sering dapet nilai bagus, tapi nggak tau bagaimana cara memperlakukan orang lain (khususnya orang yang mereka rasa lebih rendah, atau lebih kurang pandai daripada mereka).

gue punya temen yang kayak gitu di kampus, sebut aja si X, dia pinter banget, IPKnya di atas 3.5, rajin kuliah, nggak pernah bolos, dan selalu bikin tugas. pokoknya dia memenuhi segala macem persyaratan untuk jadi mahasiswa teladan lah, jauh banget kalo dibandingin sama gue.
nah, tapi setelah gue perhatikan, dia punya kecenderungan buat memperlakukan orang-orang yang dia anggep lebih rendah itu dengan kurang semestinya (yaa itu sih menurut gue..)

sebagai contoh, semester ini gue dan dia dan beberapa teman yang lain mengambil sebuah mata kuliah umum yang mengharuskan kita sekelas dengan anak-anak dari sebuah fakultas yang isinya anak-anak yang kurang mampu, yang asalnya dari daerah di luar Jakarta, yang dapet beasiswa.
yaah, kalian bisa bayangin lah anak-anak dari daerah itu kadang-kadang kan kelakuannya suka heboh sendiri (bahasa kasarnya: norak). dan gue dan temen-temen gue kadang ngerasa annoyed dengan kelakuan mereka. gue sih biasa aja, paling kalo mereka udah begitu, gue sama temen-temen gue cuma senggol-senggolan aja, nggak lebih.

yang menurut gue agak parah sih waktu itu kita mau UTS dan mengharuskan kita pindah ruangan karena ruangan yang sebelomnya terlalu penuh, nah anak-anak dari fakultas lain itu heboh sendiri teriak-teriak, emang ngeselin sih, terus si X ini tiba-tiba ngomong dengan suara yang agak keras dan nada merendahkan, bilang kalo bau mereka mirip sama bau wangi sebuah merek sabun yang biasa dipake oleh (maaf) kalangan pembantu.

contoh lainnya, seperti yang tadi udah gue singgung, gue bukan tipikal mahasiswa teladan. gue sering bolos, nilai gue juga nggak bagus-bagus amat, malah sering banget jelek. nah gue paling nggak suka deh kalo sekelompok sama dia. dia sering menuntut anggota kelompoknya untuk aktif, setidaknya memberi masukan untuk membantu proses tugas agar lebih cepat. tapi yang gue kesel, tiap kali gue mengajukan usul, pasti dia bakal membantah, karena dia menganggap gue kurang pinter kalo dibandingin sama dia. jadi saran atau masukan gue akan ditolak mentah-mentah.

dan masih ada beberapa contoh juga yang males gue bagikan disini.
well, intinya sih, mau sepinter apa juga diri kita sendiri, kalo kita nggak bisa memperlakukan orang lain dengan semestinya, ya sama juga bohong. nggak ada artinya. dan boro-boro orang mau respect sama kita, yang ada orang malah mencibir ke arah kita.

cheers.

well, well, well.

halo semuanya. akhirnya gue balik ngeblog lagi dengan kemampuan menulis gue yang makin menurun karena nggak pernah dipake.

di blog ini gue (maunya) akan berbagi apa yang ada di pikiran gue, karena makin lama gue makin bingung nyari temen cerita, so yeah akan lebih baik kalo pikiran-pikiran (baik yang baik maupun yang buruk) ini ditumpahkan ke dalam tulisan daripada gue simpen sendiri di kepala gue. ntar kalo kelamaan kan bisa meledak. hehehe :p

biar ada sedikit gambaran, gue akan memperkenalkan diri gue.
nama gue Vania Chandra Kirana, lahir pada hari Senin kelima bulan Januari tahun 1990.
sekarang ini masih kuliah di sebuah universitas swasta di daerah Tangerang mempelajari tentang bagaimana cara bersosialisasi.
gue bukan orang yang ramah sama orang yang gue belom terlalu kenal.

well, gue pikir segitu dulu ajalah, nanti kalo gue udah nulis-nulis pasti kalian juga pelan-pelan bakal mengenal bagaimana diri gue yang sesungguhnya.


akhir kata, happy reading! :)